Kicauan Anas Perihal Lobi Politik Kepiting Simulator Sim

Kicauan Anas Tentang Lobi Politik Kepiting Simulator SIM ini menjadi sangat Perlu dicermati. semenjak Anas Ditetapkan Sebagai Tersangka, Kini ia menjadi kunci Banyak Kasus Besar di Indonesia. Banyak pihak meyakini dengan buka bukanya Anas Akan menjadikan Kasus Korupsi Indonesia akan semakin Banyak Yang terbongkar. salah satu Yang menjadi sorotan ketika ini ialah Kasus Simulator SIM dengan Tersangka Utama Irjen Susilo.

Mantan Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum memenuhi panggilan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi, Jumat 15 Maret 2013. Pemeriksaan Anas kali ini tidak ada kaitannya dengan kasus Hambalang yang menyeretnya sebagai tersangka. Anas diperiksa sebagai saksi kasus korupsi simulator SIM di Korps Lalu Lintas Polisi Republik Indonesia tahun anggaran 2011-2012.

Sekitar pukul 10.40, Anas tiba di gedung KPK didampingi sejumlah simpatisan dan kawalan sejumlah laki-laki berbadan tegap. Sebelum menghadapi penyidik, Anas memperlihatkan keterangan kepada wartawan yang mencegatnya di depan pintu masuk Gedung KPK.

"Hari ini saya dipanggil oleh KPK, dimintai keterangan atau kesaksian soal pengadaan Silmulator dengan tersangka pak Djoko Susilo," kata Anas yang mengenakan batik coklat pendek itu.

Anas mengaku tidak mengapa dijadikan saksi dalam kasus Simulator SIM. Anas mengklaim sama sekali tidak mengetahui apa dan bagaimana proses proyek senilai Rp189,6 miliar itu berlangsung.

"Kalau SIM saya tahu karena saya pernah ujian SIM dan sanggup SIM, tetapi tidak pakai simulator, ujian biasa saja," ungkapnya berkelakar.

Saat dikonfirmasi mengenai pertemuan dengan Djoko Susilo dan Teddy Rusmawan di restoran King Crabs Senayan dan Dharmawangsa, mantan Anggota KPU itu enggan berkomentar. "Selebihnya nanti saya akan sampaikan sesudah saya dari dalam ya."

Setelah itu, Anas memasuki gedung KPK. Usai menghadapi investigasi penyidik sekitar lima jam, sekitar Pukul 15.00, Anas keluar.

Kepada wartawan yang mencegatnya, Mantan Ketua Umum PB HMI ini  mengaku banyak menjawab tidak tahu terhadap pertanyaan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi terkait Simulator SIM.

"Karena saya tidak tahu urusan pengadaan Simulator SIM tentu banyak pertanyaan yang saya jawab tidak tahu. Yang saya tahu saya jawab tahu, banyak pertanyaan teknis yang saya jawab tidak tahu."

Setelah memberikan keterangan pers usai menjalani investigasi dalam kasus korupsi proyek pengadaan Simulator SIM di Korlantas Polri, mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum sempat dipanggil kembali masuk kedalam gedung KPK.

Pantauan VIVAnews, raut wajah Anas yang sebelumnya damai ketika konferensi pers tampak was-was sesudah diminta kembali ke dalam gedung KPK.  Anas yang didampingi kuasa hukumnya, Firman Wijaya eksklusif masuk kedalam gedung KPK dan menunggu penyidik di lobi.

Anas sempat menunggu beberapa menit di lobi gedung KPK. Namun karena berkas yang harus ditandatangani tak kunjung datang, Anas kembali berjalan menuju mobilnya. Setengah perjalanan, Anas kembali dipanggil dan ia eksklusif bergegas masuk kembali ke lobi KPK.

Ada apa gerangan? Menurut informasi di KPK, Anas belum menandatangani selembar berkas pemeriksaan. Oleh alasannya itu, ia diminta kembali ke dalam untuk menandatanganinya. Anas diminta menandatangani di lobi gedung KPK. "Ada yang belum ditandatangani," kata petugas KPK

Begitu Anas tamat memenuhi panggilan penyidik di lobi gedung KPK, sejumlah wartawan sempat menanyakan berkas yang belum ditandatangani Anas. Dengan santai Anas menjawab. "Tanda tangan jatah beras," kata Anas, berkelakar.

Apa kiprah Anas hingga menjadi saksi kasus ini KPK belum memperlihatkan keterangan resmi. Juru Bicara KPK Johan Budi, pada 13 Maret 2013, hanya memberikan rencana penyidik minta keterangan Ketua Fraksi Partai Demokrat di dewan perwakilan rakyat pada 2009-2010 itu. "Penyidik membutuhkan keterangan Anas untuk tersangka DS," ujar Johan.

Usai pemanggilan hari ini, Johan menjelaskan investigasi Anas dalam kasus ini karena memang keterangannya diharapkan penyidik KPK.

Dijelaskannya, KPK melihat dari sisi aturan memerlukan keterangan Anas. Konteks investigasi itu KPK ingin mendengar kaitannya dengan kasus simulator di mana dulu Anas sebagai anggota DPR. "Silahkan saja jikalau tidak terlibat silahkan itu disampaikan ke penyidik," kata Johan.

"Kepiting" Senayan dan Dharmawangsa

Kepada wartawan yang mengerubutinya, Anas menceritakan sejumlah materi pertanyaan dari penyidik. Dalam investigasi itu, Anas membantah semuanya.

Di antaranya, soal pertemuannya dengan Irjen Pol Djoko Susilo yang kini menjadi tersangka kasus simulator. Dibantahnya ada pertemuan itu. Dia juga menyebut tak kenal Djoko yang kini jadi tersangka kasus korupsi proyek simulator ujian SIM.

"Saya ditanya kenal Pak DS dan Pak Teddy. Saya jawab saya tidak kenal. Saya kenalnya Pak Djoko Suyanto, Pak Djoko Ujianto, Pak Joko Widodo, itu saya kenal. Saya tidak kenal Pak DS. Pak Teddy saya tidak kenal," ucapnya usai diperiksa KPK.

Teddy yang ia sebut ialah Ketua Panita Lelang proyek simulator ujian SIM, Ajun Kombes Polisi Teddy Rusmawan. Hari ini, KPK juga mengusut perwira polri ini.

Sambil membantah, Anas mengangkat headline Koran Tempo yang menulis wacana 'Pertemuan Jenderal Djoko-Anas Cs Ditelisik' berikut bagan foto Anas Urbaningrum, Saan Mustofa, M Nazaruddin, dan Djoko Susilo. "Seratus persen ini pertemuan tidak ada. Saya tidak tahu sketsanya dari mana," kata Anas.

Dia mengaku heran dengan pemberitaan yang menyebut adanya pertemuan dengan Djoko Susilo terkait proyek simulator SIM. Menurutnya pemberitaan itu seharusnya dikarifikasi dan dipastikan dulu informasinya sebelum dimuat dalam pemberitaan.

"Gambar ini sadisme opini, kejahatan opini saudara-saudara sekalian," ujar Anas. "Biar tidak jadi fitnah manipulatif dan tidak jadi kejahatan opini, tidak pernah ada pertemuan, apalagi ada kepitingnya," lanjut Anas.

Anas mengaku dicecar soal pertemuan yang berlangsung di restoran King Crabs Senayan dan Dharmawangsa. Dijawabnya tidak tahu. Diduga, dalam dua pertemuan itu, Djoko Susilo melobi anggaran proyek Simulator itu ke DPR. Begitu juga soal pembahasan anggaran Polisi Republik Indonesia dan komunikasi dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani menyangkut Pemasukan Negara Bukan Pajak (PNBP), lagi-lagi suami Athhiya Laila itu menjawab tidak tahu.

"Intinya saya tiba untuk memperlihatkan keterangan yang saya tahu dan yang saya tidak tahu soal Simulator SIM. Tentu saya jawab sebenar-benarnya tidak tahu," terang Anas.

Penyidik juga bertanya soal tugasnya sebagai anggota dewan perwakilan rakyat dan Ketua Fraksi Demokrat. "Saya ditanya apakah saya kenal Pak Saan Mustofa, Benny K Harman, Nazaruddin dan Sutjipto. Tentu saya jawab saya kenal, tapi bukan hanya kenal tapi kami berinteraksi."

Dalam aktivitas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) hari ini, Inspektur Jenderal Djoko Susilo juga ikut diperiksa sebagai tersangka kasus Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) proyek Simulator SIM. Ini menjadikan tanya, apakah Anas dikonfrontir dengan Irjen Djoko. Anas membantah.

"Yang ada tadi, Alhamdulillah, saya ketemu Ustad Luthfi Hasan Ishaaq," kata Anas. Luthfi ialah mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera yang kini menjadi tersangka kasus suap kuota impor daging sapi.

"Bagaimana kabarnya Ustad? ia jawab Alhamdulillah baik. Saya juga ketemu Pak Tamsil Linrung, tapi tidak ada konfrontir."

Aliran Rp4 M

Anas juga membantah adanya pedoman dana proyek Simulator ke Fraksi Partai Demokrat di DPR. Menurut Anas, pertemuan dan pinjaman uang senilai Rp4 miliar kepada Fraksi Demokrat terkait proyek Simulator SIM tidak pernah terjadi. "Tidak ada, niscaya tidak ada," ujar Anas.

Selebihnya, Anas mengaku galau dengan pemanggilan dirinya sebagai saksi kasus Simulator SIM.  "Saya sendiri hingga kini tidak punya balasan mengapa saya jadi saksi Simulator SIM ini. Saya masih galau dan saya tidak tahu apa relevansinya. Tapi saya bersedia hadir untuk memperlihatkan keterangan apa yang saya tahu."

Wakil Sekjen Partai Demokrat, Saan Mustofa, yang mendampingi Anas ke Gedung KPK membantah terlibat dalam korupsi proyek Simulator SIM di Korlantas Polri. Dia juga membantah pernah menemani Anas Urbaningrum dan Nazaruddin bertemu Irjen Djoko Susilo untuk lobi proyek Simulator di restoran King Crabs Senayan dan Dharmawangsa.

"Itu fitnah. Itu menyerupai kejahatan politik melalui opini. Itu benar-benar digambarkan yang tak sesuai dengan kenyataan," kata Saan ketika ditemui di Gedung KPK.

Saan pun membantah pernah mendapatkan uang Rp4 miliar dari proyek Simulator SIM yang disampaikan panitia lelang proyek Simulator SIM, AKBP Teddy Rusmawan. Menurutnya, tudingan itu merupakan kejahatan politik melalui opini dengan mengaitkan orang yang tidak tahu-menahu dengan urusan ini.

"Saya siap dikonfrontasi dengan siapa pun yang disebut dalam tuduhan itu," ujar Saan.

Anggota Komisi III dewan perwakilan rakyat itu juga mengaku tak kenal AKBP Teddy Rusmawan. "Jangankan kenal, wajahnya saja tidak pernah tergambar yang namanya Teddy Rusmawan. Saya siap dikonfrontir dengan siapa pun," ucapnya.

Dia pun berniat menggugat pemberitaan media massa yang menciptakan gambar karikatur seperti dirinya ikut dalam pertemuan bersama Anas Urbaningrum, Muhammad Nazaruddin, dan Djoko Susilo.

"No comment"

Ketua Panitia Lelang Proyek Simulator SIM, Ajun Kombes Polisi (AKBP) Teddy Rusmawan ketika dikonfirmasi terkait pedoman dana proyek Simulator SIM ke sejumlah anggota dewan, enggan berkomentar. "Ke Bu Ria dulu deh," kata Teddy.

Namun, Kuasa Hukum Teddy, Dwi Ria Latifa juga juga tidak bersedia berkomentar terkait adanya pedoman dana proyek Simulator SIM ke sejumlah Politikus Senayan.

Namun ketika ditanyakan lebih lanjut apakah investigasi sejumlah anggota dewan di KPK dalam proyek Simulator SIM untuk mengkonfirmasi adanya pedoman dana ke dewan perwakilan rakyat terkait proyek senilai Rp198,6 miliar itu, Ria tidak membantahnya.

"Wah jikalau saya jawabnya no comment gimana. No comment saja. Kalau saya jawab apapun secara detil itukan sebaiknya itu tanya penyidik KPK nanti di pengadilan saja," kata Ria di gedung KPK.

Selebihnya Ria hanya mau menjelaskan wacana investigasi terhadap kliennya hari ini. Menurutnya, investigasi kali ini hanya melengkapi berkas investigasi sebelumnya "Pertanyaan seputar proses Simulator hanya ini ada penambahan atau pengulangan saja."

Hal Ini menjadikan semakin Mirisnya kasus Korupsi Indonesia. Penulis sempat berfikir Sebenarnya Bagaimana semua ini terjadi. Banyak Sekali Politikus Yang mengatasnamakan rakyat di awal mereka menjadi Politisi Namun semuanya hilang Saat mereka duduk di kursi wakil rakyat. sungguh keterlaluan. bagaimana Menurut Anda Semua ?

Komentar

Postingan Populer